Movie review score
5

A. Latar Belakang Masalah
Kebiasaan menghisap tembakau telah dilakukan para suku Indian asli Amerika sejak 2000 tahun yang lalu. Kunjungan Christopher Colombus ke tanah mereka pada tahun 1492 menjadi awal penyebaran tembakau ke seluruh dunia. Kru kapal Colombus membawa tanaman itu ke berbagai tempat dan terutama Eropa. Uniknya, semula mereka mengira mengisap tembakau yang dilinting itu dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti migrain dan asma.
Sedangkan, rokok modern seperti yang kita kenal saat ini ternyata ditemukan pada tahun 1614 oleh para gembel di Seville, Spanyol. Mereka tinggal di sekitar perkebunan tembakau yang digunakan untuk industri cerutu. Para gembel itu lantas memunguti sisa-sisa tembakau dan menggulungnya dalam kertas.
Ironisnya, dari sejarah panjang pengisapan tembakau selama ratusan tahun, ternyata baru pada tahun 1940 seorang dokter di Eropa mengenali kandungan rokok yang beracun. Padahal ketika itu merokok untuk kesenangan sudah menjadi hal yang umum. Maka tidak mengherankan jika sampai saat ini, masih banyak orang merokok meskipun berbagai peringatan telah disuarakan. Merokok sudah menjadi budaya, dan industri telah menciptakan image tertentu pada rokok yang seakan menutupi efek berbahaya dari produk mereka. Bahkan, baru pada akhir 1999 raksasa industri Phillip Morris mengakui adanya zat-zat adiktif berbahaya dalam rokok.
Kini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 1,1 miliar jiwa penduduk dunia merokok atau 1/3 penduduk dunia usia 15 tahun ke atas telah merokok, sedangkan kerugian akibat merokok mencapai 200 miliar dollar AS atau sekitar 100 miliar dollar AS diderita penduduk negara dunia ketiga.
Patut kita tahu juga, sekitar 100 juta orang telah meninggal akibat rokok pada abad 20. Jika tren ini terus berjalan, maka hampir dapat dipastikan pada abad ke-21, satu miliar orang akan tewas akibat rokok. Per tahunnya saja, 4,9 juta orang mati sia-sia. Mengikuti perhitungan Badan Proteksi Lingkungan (EPA) Amerika Serikat, tercatat secara global rokok membunuh satu orang setiap sepuluh detik.
Badan yang sama juga telah memastikan
bahwa asap rokok memuat 4.000 senyawa kimia, 200 di antaranya toksik (beracun), 43 di antaranya pemicu kanker
WHO pun memperkirakan bahwa pada 2020 penyakit berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan utama di banyak negara, bahkan kebiasaan merokok dianggap menjadi entry point pada penyalahgunaan narkotik.
Rokok dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit, di antaranya tekanan darah tinggi. Merokok sendiri diketahui dapat merusak paru-paru dan menyebabkan penyakit yang disebut dengan emfisema, yakni membengkaknya ukuran paru-paru karena rusaknya jaringan alveoli-alveoli yang terdapat di dalam paru-paru. Rokok pun
mengakibatkan 25 jenis penyakit, antara lain kanker paru dan tenggorokan, jantung, pneumonia fatal serta hipertensi.
Jika dibandingkan, akibat efek racun dalam rokok membuat para pengisap memiliki resiko yang berlipat ganda dibanding mereka yang bukan perokok. Skalanya adalah sebagai berikut:

  • 14x lipat resiko menderita kanker paru-paru, mulut, dan tenggorokan
  • 4x lipat resiko menderita kanker esophagus
  • 2x lipat resiko kanker kandung kemih
  • 2x lipat resiko serangan jantung

Dalam sebatang rokok sendiri, racun-racun utamanya adalah:

  • Tar (substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru)
  • Nikotin (zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan).

· Karbon monoksida (zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen. Zat ini biasa dipakai untuk cairan pembersih lantai).

Bagaimana keadaannya di Indonesia? Sebuah riset yang diumumkan di majalah Time edisi April 2008 mengukuhkan Indonesia sebagai negara dengan perokok terbanyak ketiga di dunia. Riset lain bahkan menunjukkan Tanah Air kita sebagai juara merokok nomor satu di Asia Tenggara.Staf Ahli Menkeskesos dr Muharso, SKM mengatakan, jumlah perokok dari kaum pria Indonesia mencapai 52,9 persen, sedang wanita perokok mencapai 3,6 persen. Di Indonesia, ada 215 miliar batang rokok habis dikonsumsi tiap tahunnya, sementara itu, di Rumah Sakit Kanker Dharmais tercatat 794 kasus penyakit kanker paru, semuanya disebabkan karena rokok.Lebih celaka lagi, secara makro biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk konsumsi rokok jauh lebih besar dibandingkan anggaran kesehatan per kapita. Dalam sepuluh tahun terakhir, konsumsi rokok di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 44,1% dan jumlah perokok mencapai 70% penduduk Indonesia. Yang lebih menyedihkan lagi, 60% di antara perokok adalah kelompok berpenghasilan rendah (Susenas 1995 dan 2001). Tingginya konsumsi merokok dipercaya bakal menimbulkan implikasi negatif yang sangat luas, tidak saja terhadap kualitas kesehatan, tetapi juga menyangkut kehidupan sosial dan ekonomi.Padahal, tingkat konsumsi rokok pada bangsa-bangsa lain sedang mengalami penurunan menurut statistik karena adanya kesadaran akan kesehatan. Namun sebaliknya, angka konsumsi rokok di Indonesia menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun.

Bagaimanapun, sejauh ini industri rokok masih salah satu industri terbesar didunia, ini disebabkan karena setiap hari jumlah orang yang mengkomsumsinya begitu banyak. Hal ini menjadikan industri rokok semakin berkembang. Banyak perusahaan rokok yang
mengeluarkan jenis rokok baru agar semakin diminati dan menganggarkan dana
yang besar. Produk rokok di Amerika merupakan salah satu diantara produk yang
paling sering diiklankan dan dipromosikan. Pada tahun 1994, sebuah perusahaan
rokok diestimasikan menghabiskan sekitar $ 5 juta dolar lebih $ 13 juta dolar per
hari hanya untuk mengiklankan dan mempromosikan produk rokok.
Di Amerika rokok juga tetap menjadi penyebab utama kematian paling utama
bagi masyarakatnya, menyebabkan 400.000 kematian setiap tahun dan
menghasilkan lebih dari $ 50 milliar hanya untuk biaya kesehatan setiap tahun.
Berdasarkan keterangan diatas sudah bisa dibayangkan berapa besar pengaruh
rokok merambah disemua lapisan masyarakat, kaya atau miskin, tua atau muda,
mulai dari orang dewasa hingga generasi muda dan pelajar.
Padahal didalam bisnis rokok yang sebenarnya rokok diciptakan hanya untuk
kalangan dewasa yang memilih untuk merokok. Tetapi didalam realitas
sesungguhnya rokok tidak hanya digemari oleh kalangan dewasa tetapi juga oleh
kalangan remaja bahkan anak-anak. Yang lebih memprihatinkan para remaja ini
dapat secara cepat menjadi tergantung kepada rokok, dan mereka akan semakin
menyukai rokok disebabkan karena beberapa sebab dibawah ini :
1. Orang tua mereka merokok.
2. Mereka mempunyai saudara yang merokok.
3. Orang tua mereka tidak memperingatkan mereka akan bahaya rokok.
4. Teman yang merokok.
Lingkungan sebenarnya sangat berpengaruh terhadap keputusan seseorang untuk
merokok, faktor- faktor yang menyebabkan remaja untuk merokok lebih
dipengaruhi oleh anggapan apabila mereka merokok :

1.Mereka akan terlihat dewasa.
2. Menunjukkan bahwa mereka lebih independen.
3. Mereka akan cepat bersosialisasi.
4. Menyesuaikan diri dengan teman-teman perokoknya.
5. Meningkatkan rasa percaya diri mereka.

WHO melalui proyeknya yang diberi nama TFI (Tobacco Free Initiative)
menemukan bahwa permasalahan rokok menyebabkan 4 juta orang meninggal setiap tahun, 4 dari 10 perokok meninggal dunia karena ketagihan mereka pada rokok, satu dekade mendatang rokok akan membunuh 500 juta orang, jumlah tersebut berarti 9 % dari populasi orang didunia dan itu berarti 1 dari 10 orang yang hidup didunia saat ini akan meninggal karena rokok. Data ini juga menyebutkan jumlah tersebut termasuk kalangan dewasa serta remaja.
Sebanyak 80 % dari perokok dewasa mulai merokok sebelum umur 18. Setiap hari, hampir 3000 remaja dibawah umur 18 menjadi perokok aktif. Setiap tahun, merokok membunuh lebih banyak orang daripada AIDS, alkohol, kecanduan obat-obatan, kecelakaan mobil, pembunuhan, bunuh diri, atau kebakaran.

Beberapa fakta lain dari penelitian mengenai ketergantungan remaja pada rokok
dapat diketahui bahwa :
1. Lebih dari 5 juta remaja dibawah usia 18 tahun akan mempercepat
kematian mereka akibat penyakit yang disebabkan oleh rokok
2. Perokok berusia 18 tahun akan mempunyai paru-paru yang sama dengan
perokok berusia 50 tahun.
3. Pada tahun 1991 remaja perokok mengkomsumsi rata-rata 28.3 juta rokok
tiap hari (berarti 516 juta pak tiap tahun).
Selama periode yang sama ini, diestimasikan 225 juta pak rokok dijual secara illegal ke remaja-remaja
dibawah usia 18 tahun tersebut
4. Masalah merokok pada usia dini biasanya merupakan peringatan untuk
berbagai masalah yang akan terjadi pada masa mendatang. Remaja yang
merokok, akan 3 kali lebih besar kemungkinan mengkomsumsi minuman
beralkohol, 8 kali kemungkinan mengkomsumsi marijuana, 22 kali
kemungkinan menkomsumsi kokain daripada remaja yang tidak merokok.
Merokok juga seringkali dikaitkan dengan serangkaian tingkah laku resiko
tinggi, termasuk perkelahian dan melakukan seks bebas

Masalahnya, saat ini sekitar 13,2 persen dari remaja Indonesia usia (15-19 tahun) telah menjadi perokok aktif, sehingga jika tidak dicegah melalui kampanye bahaya merokok bagi kesehatan, akan bertambah jumlahnya.

Industri rokok memang banyak melakukan promosi melalui kegiatan remaja (contoh: mensponsori konser musik, pentas seni, dll) karena mereka percaya secara tidak langsung dapat mendorong kaum muda untuk bereksperimen dengan tembakau dan mencoba merokok. "Remaja hari ini adalah calon pelanggan tetap hari esok,” demikian tulis sebuah produsen rokok internasional sebagaimana dikutip jurnal WHO.
Sebetulnya, Peraturan Pemerintah (PP) No. 19/2003 telah melarang pembagian produk contoh secara gratis. Namun fakta di lapangan, pembagian kupon diskon dan penjualan rokok batangan masih sering terjadi.
Tentu ini memperbesar akses remaja dan anak terhadap rokok, apalagi hingga kini tak sedikit media cetak atau elektronik yang masih enggan mempromosikan pesan-pesan pengendalian tembakau karena khawatir akan kehilangan pendapatan dari iklan rokok. Hal ini menciptakan ketidakseimbangan pemberian informasi akurat bagi konsumen.
Permasalahan menjadi kian mengkhawatirkan tatkala barang ini dari tahun ke tahun semakin mudah diakses anak-anak. Survei yang dilakukan Universitas Padjadjaran (1978) melaporkan usia pertama kali merokok pada anak kala itu adalah 12 tahun.
fakta baru bahwa angka 12 itu telah bergerak ke angka delapan tahun. Terbaru, penelitian yang dilakukan bersama antara Universitas Andalas, Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Universitas Padjajaran, usia anak pertama kali merokok telah menyentuh angka tujuh tahun.
Di Indonesia, perusahaan rokok besar berlomba-lomba memberikan sponsor pada kegiatan olahraga, acara remaja, dan konser musik. Dalam promosinya, rokok diasosiasikan dengan keberhasilan dan kebahagiaan. Peningkatan drastis konsumsi tembakau para remaja terjadi pada 2001 yang mencapai 24,2% dari semula 13,7% pada 1995. Persentase peningkatan itu terjadi pada remaja laki-laki 15-19 tahun yang kemudian menjadi perokok tetap.

B. Tujuan Aktivitas Media Relations

Mengingat semua permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka Komite Anti Rokok Indonesia memfokuskan perhatiannya pada remaja dan pemuda Indonesia, usia 12-21 tahun, dengan tujuan umum mencegah dan mengurangi jumlah perokok usia muda.
Secara garis besarnya, tujuan aktivitas komite ini terbagi empat:

· To inform
Menginformasikan bahaya rokok kepada kaum muda

· To create awareness
Meningkatkan keasadaran kaum muda akan kandungan racun dalam rokok

· To educate
Mengedukasi kaum muda mengenai bahaya merokok

· To persuade
Mempersuasi kaum muda untuk tidak mengonsumsi rokok


Maka, langkah-langkah yang ditempuh agar tujuan itu terpenuhi antara lain dengan:

· Menyebarluaskan informasi mengenai bahaya merokok terutama di usia muda

· Menarik perhatin kaum muda terhadap pesan kampanye komite

· Memastikan pesan kampanye dipahami oleh target audience

· Mendorong munculnya keinginan dan sikap nyata dari kamu muda untuk menjauhi rokok

· Membuat kampanye anti rokok yang merata di seluruh kota-kota besar Indonesia

· Meningkatkan kesadaran kaum muda akan nilai-nilai kesehatan dan pentingnya menjaga kesehatan sejak dini

· Mematahkan image-image yang dipropagandakan oleh para pelaku industri rokok dalam menjaring konsumen muda

· Bekerjasama dengan instansi terkait dan pihak otoritas untuk mendorong dibuatnya peraturan-peraturan pembatasan industri rokok untuk pemuda

· Bekerjasama dengan pihak depdiknas untuk memasukkan materi bahaya rokok ke dalam kurikulum pendidikan

· Bekerjasama dengan pihak sekolah untuk menjadikan lingkungan sekolah bebas rokok

Untuk itu, Komite Anti Rokok Indonesia melakukan berbagai aktivitas, dan diantaranya adalah aktivitas media relations yang sangat krusial demi tercapainya efektifitas dalam semua program yang telah dicanangkan. Segala aktivitas media relations adalah kegiatan yang melibatkan pihak media, baik yang langsung berkaitan dengan materi kampanye komite maupun yang tidak berkaitan secara langsung. Target yang ingin dicapai melalui semua aktivitas media relations yang akan dilakukan dari Oktober-Desember 2008 ini adalah:

· Agar Komite anti Rokok Indonesia dikenal oleh media

· Mendapat perhatin media atas pesan kampanya dari komite

· Mendapat peliputan media yang menyeluruh, terutama media yang sesuai dengan target audience komite

· Menjalin hubungan baik dengan media, dan dengan itu mendapat dukungan dari pihak media untuk mencapai tujuan komite

D. Aktivitas Media Relation

  1. Media Gathering

Untuk menjalin tali silaturahmi dengan rekan media, maka minggu pertama di bulan Oktober, tepat setelah libur Lebaran berlalu, Komite Anti Rokok Indonesia membuat acara halal bihalal.
Lokasi : Hotel Nikko, Jl. MH Thamrin Jakarta Pusat
Tanggal: Jumat, 5 Oktober 2008
Waktu : Pk 11.30-13.00
Peserta : Semua staf dan volunteer Komite Anti Rokok Indonesia bersama
sekitar 100 wartawan media cetak dan elektronik yang telah tercatat
sebagai rekan komite.
Acara : Pidato oleh Direktur Bpk. Charistheo Wahono dan makan siang bersama.

  1. Media Briefing

Komite anti rokok Indonesia bekerja sama dengan Unilever, khususnya untuk produk pasta gigi Close-up.

Komite anti rokok memilih Close-up umtuk diajak bekerja sama karena Close-up sesuai dengan target audience, yaitu kalangan remaja.

Bentuk kerja sama yang dilakukan berupa penyebaran promosi kampanye anti rokok; yaitu pada setiap kemasan odol Close-up akan diberikan gelang yang bertuliskan kampanye anti rokok dan juga Rp.500,- dari setiap pembelian odol Close Up akan disumbangkan kepada pasien kanker paru-paru kurang mampu di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Lokasi : Kantor Pusat PT Unilever
Tanggal:Jumat, 14 Oktober 2008
Waktu : Pk. 12.30-14.30
Peserta : Direktur Komite Anti Rokok Indonesia Bpk.Charistheo Wahono,
Manajer Kehumasan Komite Anti Rokok Indonesia Agustina Sekarsari
Direktur PT Unilever Bpk.Teddy Gunawan
Manajer Pemasaran PT Unilever Bpk. Robby Chandra
Wartawan harian dan TV
Agenda: Makan siang bersama, pidato dari kedua pihak, presentasi company
profile dan penandatanganan MOU.

  1. Media visit

Untuk media visit, Komite Anti Rokok Indonesia melakukan roadshow ke media-media lokal (stasiun radio dan media cetak) yang ada di berbagai kota di Indonesia. Media visit yang kami lakukan ini adalah untuk mengajak para media agar turut bekerja sama dalam program anti rokok ini dengan menyiarkannya di radio atau memuatnya di dalam majalah atau koran yang mereka cetak.
Lokasi: Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, Manado
Lampung, Yogyakarta, Solo, Bali, Palembang, Aceh, Madura, Pontianak

Tanggal:21-28 Oktober 2008

Peserta : Semua staf dan volunteer Konite anti Rokok yang dikirim ke berbagai
kota
Agenda: Menyebarkan kampanye anti rokok melalui corong radio-radio anak
muda lokal dan juga media cetaknya, sekaligus sounding mengenai
event komite yang akan diadakan pertengahan November di Jakarta.

  1. Media conference

Dalam media conference komite kami akan me-launching website yang sudah kami buat dan kami juga akan memberitahukan kepada media tentang event apa saja yang akan kami laksanakan dan acara apa saja yang ada di dalamnya.

Dalam event yang akan kami adakan kami akan mengundang bintang muda Herjunot Ali,dimana Junot ini juga adalah duta komite anti rokok.
Maka, konferensi pers yang kami adakan bertujuan untuk menjelaskan pada wartawan perihal event yang akan diadakan pada hari yang sama tersebut.
Lokasi : Museum Nasional, Jl. Medan Merdeka Barat

Tanggal: Jumat, 21 November 2008
Waktu : Pk 09.00-10.00
Peserta: Staf humas komite, Herjunot Ali, semua rekan media komite, termasuk
cetak (koran dan majalah), radio dan TV.

  1. Media release

Pada momen yang sama, Komite Anti Rokok Indonesia membagikan press release dan video new release (VNR) ke media dimana press release dan video new release ini berisi tentang event dan profil dari komite anti rokok kami ini.

  1. Event
    Event besar ini diadakan persis pada hari ulang tahun Komite Anti Rokok Indonesia yang ke-7, dengan acara utama aksi kampanye damai, peluncuran situs anti rokok interaktif dan pelantikan duta anti rokok Indonesia.
    Tanggal: Jumat, 21 November 2008
    Lokasi: Museum Nasional, Monumen Nasional, Bunderan HI, Hotel Nikko
    Peserta: 1000 volunteer komite, semua staf komite, semua rekan media komite

Jadual:

09.00-10.00 Konferensi pers
10.00-12.30 Long March ke Bunderan HI, membagikan materi kampanye
13.00-14.00 Makan siang di Hotel Nikko
14.00-15.00 Peresmian situs interaktif komite, pelantikan Herjunot Ali dan
testimoni.

  1. Media training

Dalam media training kami akan mengadakan seminar ekslusif untuk wartawan mengenai perkembangan penelitian terbaru pada cara-cara alternatif untuk menghentikan kecanduan rokok.

Lokasi: Aula Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo, Salemba
Tanggal: Jumat, 28 November 2008
Waktu: Pk 10.00-12.30
Peserta: Prof. dr. Zubairi Djoerban (pembicara), staf komite, semua wartawan TV
dan harian desk kesehatan.

  1. Media release

Dalam media release kali ini komite kami akan mengirim release mengenai tuntutan yang sedang diperjuangkan komite agar Depdiknas memasukan kurikulum tentang bahaya merokok ke dalam materi sekolah sejak jenjang SD-SLTP dan agar Departemen Kesehatan menetapkan sekolah-sekolah sebagai area bebas rokok. Tujuan dari tuntutan ini adalah agar para generasi muda kita tidak tercemar oleh rokok. Tanggal 1 Desember rilis mengenai hal ini dikirimkan ke semua rekanan media komite di semua kota-kota besar Indonesia.

  1. Media site visit

Untuk aktivitas media site visit, Komite Anti Rokok Indonesia akan mengadakan kunjungan sosial ke bangsal paru-paru yang berada di RSCM.
Semua donasi bagi pasien kurang mampu didapat dari partisipasi konsumen pasta gigi Close Up.

Dalam kunjungan ke bangsal paru-paru ini kami Herjunot Ali diikutsertakan sebagai duta dari komite dan juga Andi, seorang mantan perokok akut yang selamat dari emfisema akut akan member testimoninya.
Lokasi: Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Salemba, Jakarta
Tanggal: Kamis 18 Desember 2008
Waktu: Pk 09.00-11.30
Peserta: Herjunot Ali, Andi, media, komite
Jadual:
09.00-09.30 Snack dan registrasi
09.30-10.00 Kata sambutan dari pihak Unilever, komite, dan RSCM,
penyerahan bantuan secara simbolik
10.00-10.30 Testimoni oleh Andi
10-30-11.30 Kunjungan ke bangsal penyakit paru-paru bersama Herjunot Ali

  1. Media gathering

Untuk media gathering yang kedua dan terkhir di tahun 2008, komite akan mengadakan tanding persahabatan futsal antara media dengan komite anti rokok Indonesia dengan tujuan mempererat hubungan antara komite anti rokok Indonesia dengan media.

Lokasi : Senayan
Tanggal: Selasa, 23 Desember 2008
Waktu : Pk 17.00-18.30
Peserta : rekan media dan staf komite




Leave a Reply