Movie review score
5

Ceritanya, semester 5 saya dapet mata kuliah Print Media Production Workshop. Tugasnya bikin majalah lagi, kali ini lebih serius-satu semester kita menggodok konsep majalah, bikin business proposalnya, presentasi, dan tentunya mencetak satu edisi beneran. Majalah kelompok saya namanya Brondong Jagung, freemag bulanan pertama yang mengangkat industri film lokal-sangat idealis pokoke! ;D

Berdasarkan kocokan (oiya, dari dulu, semua pembagian tugas dalam kelompok saya selalu dipecahkan dengan undian kertas ala arisan emak2. Kalo anak kecil bisa menyelesaikan masalah hidup dengan hompimpa-gambreng, kenapa kita nggak? kita kan sekumpulan mahasiswa edan! XD) saya dapet-salah satunya-artikel klasik&tokoh, yang berisi momen sejarah film lokal. Saya langsung inget grup lawak kecintaan saya...well, ini dia ceritanya...

klasik&tokoh

Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang

Satu hari, Kasino dan Nanu berjongkok di teras, asyik mengelap kaca jendela rumah kos mereka.

Indro melintas dengan membawa tangga. Mendadak, karena ingin menyapa seorang gadis penghuni kos yang cantik, Indro berputar dan pecahlah kaca jendela itu karena tersambar tangganya.

Takut disuruh ganti rugi oleh penjaga kos yang galak (Us Us), yang sedang berada di dalam rumah, Kasino dan Nanu tetap mengelap area di dalam kusen jendela yang sudah tidak ada kacanya itu. Si penjaga kos lantas bertanya keributan apa yang barusan terjadi.

Kasino dan Nanu dengan cerdik berlagak budek,mereka malah komat-kamit berdua tanpa suara, seakan memang masih ada jendela yang membatasi.

Penjaga kos yang sangar itu pun berjalan mendekat, sambil meminta Kasino dan Nanu memakai pembersih kaca.

Kasino dan Nanu masih pura-pura bolot. Penjaga kos mendekat sampai wajahnya sejajar dengan kusen jendela. Ia berteriak keras-keras meminta mereka menyemprotkan pembersih kaca.

Dono yang berjalan lewat di belakang Kasino dan Nanu tentu saja menjadi heran dan lantas secara otomatis ia menyemprot ‘jendela’ yang sedang dibersihkan teman-temannya.

Muka penjaga kos pun jadi berlumuran busa.

Itu adalah salah satu episode paling tidak terlupakan dari serial film Warkop DKI yang saya tonton saat kecil. Ketika itu, film-film warkop menjadi semacam jembatan yang menghubungkan saya sebagai anak kecil dengan kakek saya yang sudah tua. Adanya jarak usia 71 tahun di antara kami membuat ia menjadi sosok asing yang tidak saya mengerti dan cara berbicaranya yang tidak jelas terkadang membuat saya bingung. Namun saat film Warkop dimulai, kami akan duduk di ruang tengah dan tertawa bersama melihat Dono yang selalu sial maupun Kasino yang selalu punya akal bulus.


Berawal dari Radio

Sebelum dikenal dengan nama Warkop DKI, grup lawak legendaris Indonesia ini awalnya bernama Warkop Prambors. Grup ini memang mengawali karirnya dengan siaran di Radio Prambors. Formasi awal grup ini terdiri atas: Nanu (nama asli Nanu Mulyono), Rudy Badil, Dono (Wahjoe Sardono), Kasino (Kasino Hadiwibowo) dan Indro (Indrodjojo Kusumonegoro). Nanu, Rudy, Dono dan Kasino adalah mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Jakarta sedangkan Indro kuliah di Universitas Pancasila Jakarta.

Acara Prambors itu bertajuk Obrolan Santai di Warung Kopi, merupakan garapan dari Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Prambors. Ide awal obrolan Warkop Prambors berawal dari dedengkot radio Prambors, Temmy Lesanpura. Radio Prambors meminta Hariman Siregar, dedengkot mahasiswa UI untuk mengisi acara di Prambors. Hariman pun menunjuk Kasino dan Nanu, sang pelawak di kalangan kampus UI untuk mengisi acara ini. Ide ini pun segera didukung oleh Kasino, Nanu, dan Rudy Badil, lalu disusul oleh Dono dan Indro. Obrolan Santai di Warung Kopi meraih sukses besar. Mungkin seperti acara siaran komedi Tikus (Tika-Udjo-Yosi dari Project Pop) yang dulu pernah mengudara tiap Jumat malam di Hard Rock FM. Saking banyaknya fans, setiap acara tiba, pisang goreng, ketan pakai kelapa parut, dan banyak makanan lain, menumpuk di studio. Kebanyakan yang mengirim adalah ibu-ibu. Mereka pun menjadi laris, sebagai penjual tawa.

Goes to Stage

Sukses di radio, grup ini mulai merambah panggung dengan mengisi acara-acara panggung hiburan. Sayangnya, Rudy yang semula ikut Warkop saat masih siaran radio, tak berani ikut Warkop dalam melakukan lawakan panggung, karena demam panggung (stage fright). Dono pun awalnya saat manggung beberapa menit pertama mojok dulu, karena masih malu dan takut. Setelah beberapa menit, barulah Dono mulai ikut berpartisipasi dan mulai kerasan, hingga akhirnya terus menggila hingga akhir durasi lawakan.

Penampilan live pertama Warkop sebenarnya adalah di prom nite SMP IX yang diadakan di Hotel Indonesia pada tahun 1976. Dono, Kasino, Indro, dan Nanu gemetar hebat dan hasilnya bisa dibilang tidak terlalu sukses. On the bright side, itulah pertama kali Warkop menerima honor berupa uang transport sebesar Rp 20.000. Uang itu dirasakan para personil Warkop besar sekali, tapi akhirnya habis untuk mentraktir makan teman-teman mereka.Berikutnya mereka manggung di Tropicana. Sebelum naik panggung, kembali seluruh personel komat-kamit dan panas dingin, tapi ternyata hasilnya kembali lumayan.

Baru pada acara Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop Prambors baru benar-benar lahir sebagai bintang baru dalam dunia lawak Indonesia. Sejak itulah honor mereka mulai meroket, sekitar Rp 1.000.000 per pertunjukan. Hitung-hitung dibagi empat orang, setiap personil mendapat jatah Rp 250.000

Dono, Kasino, Indro, Nanu pun jadi dikenal dengan nama Dono-Kasino-Indro atau DKI (yang merupakan pelesetan dari singkatan Daerah Khusus Ibukota). Ini karena nama mereka sebelumnya Warkop Prambors memiliki konsekuensi tersendiri. Selama mereka memakai nama Warkop Prambors, maka mereka harus mengirim royalti kepada Radio Prambors sebagai pemilik nama Prambors. Maka itu kemudian mereka mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan praktek upeti itu.

Kelebihan Warkop dibandingkan grup lawak lain, adalah tingkat kesadaran intelektualitas para anggotanya. Karena sebagian besar adalah mahasiswa (yang kemudian beberapa menjadi sarjana), maka mereka sadar betul akan perlunya profesionalitas dan pengembangan diri kelompok mereka. Ini dilihat dari keseriusan mereka membentuk staf yang tugasnya membantu mereka dalam mencari bahan lawakan. Warkop DKI didukung oleh staf-staf professional di balik tiap penampilan mereka. Dalam dunia lawak masa itu, kehadiran Kasino dan kawan-kawan mengembuskan angin segar. Mereka bukan lagi mengesankan orang udik, tidak makan bangku sekolah, dan mengandalkan plesetan bicara, seperti yang sering dikesankan pelawak sebelumnya. Kelompok Warkop mewakili generasi pelawak terpelajar, yang memiliki warna baru dalam membanyol.

Warkop di Dunia Film

Setelah puas manggung dan mengobrol di udara, Warkop mulai membuat film-film komedi yang selalu laris ditonton oleh masyarakat. Dari filmlah para personil Warkop mulai meraup kekayaan berlimpah. Dengan honor Rp 15.000.000 per satu film untuk satu grup, kontan mereka pun kebanjiran uang, karena hampir tiap tahun membintangi satu film di dekade 1980-an. Malah beberapa tahun ada dua film Warkop sekaligus. Sejarah mencatat, dalam film Maju Kena Mundur Kena, Kasino dan kedua kawannya masuk dalam kelompok artis yang pernah dibayar paling mahal. Khas dengan banyolan slapstick ala Warkop, film-film mereka menjadi bagian dari dunia perfilman Indonesia pada jaman retro. Film-film mereka bisa dibilang abadi, menjadi sebuah karya klasik yang tak lekang dimakan waktu. Simak saja judul-judul seperti Chips, Mana Tahaan, IQ Jongkok, Setan Kredit, dll. Film-film itu masih sering diputar ulang di televisi swasta dan meski 20 tahun telah berlalu, entah kenapa kita masih tertawa melihatnya. Film-film itu juga mengangkat nama bintang-bintang seksi pada masanya, seperti Camelia Malik, Eva Arnaz, Ita Purnama,Rahayu Effendi, Nourma Yunita, dan kawan-kawan. Warkop DKI memang tidak pernah lepas dari bintang-bintang cantik nan bohai.

Dalam era televisi swasta dan menurunnya jumlah produksi film, Warkop DKI yang kini tinggal bertiga pun lantas memulai serial televisi sendiri. Warkop Millennium adalah sebuah sinetron di televisi yang menampilkan Warkop bersama Karina Suwandi dan Roweina Umboh. Indro Berperan sebagai dirinya sendiri dengan peran istri oleh Karina Suwandi. Kasino Berperan sebagai dirinya sendiri dengan peran istri Roweina Umboh. Dono Berperan sebagai kakak dari Karina Suwandi sekaligus iparnya dari Indro. Kasino dan Roweina adalah tetangga dari Indro, Karina, dan Dono. Serial ini tetap dipertahankan selama beberapa lama walaupun Kasino tutup usia di tahun 1998 karena tumor otak. Nanu sendiri sudah meninggal lebih lama karena sakit liver dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta. Setelah Dono juga terserang kanker paru dan meninggal di tahun 2000, Indro menjadi satu-satunya personel Warkop dan Warkop Millenium tidak dilanjutkan lagi meski pemain-pemain pengganti sempat masuk seperti Taufik Savalas (yang kini juga sudah almarhum).


Warkop’s Facts Revealed!

· Indro adalah anggota termuda Warkop DKI, di saat anggota yang lain sudah menduduki bangku kuliah, Indro masih pelajar SMA.

· Dari semua personil Warkop, mungkin Dono lah yang paling intelek, walau ini agak bertolak belakang dari profil wajahnya yang 'ndeso' dan perannya yang selalu sial. Setelah lulus kuliah, Dono menjadi asisten dosen Sosiologi di FISIP UI

· Hingga akhir hayatnya Nanu, Dono, dan Kasino tercatat sebagai anggota pencinta alam Mapala UI.

· Salah satu staf pendukung warkop yang bertugas mengumpulkan bahan lawakan, melakukan survei lokasi (di kota atau daerah sekitar tempat Warkop akan manggung), dan melakukan pekerjaan pembantu seperti menyetrika kostum para personil Warkop, kemudian menjadi pentolan grup lawaknya sendiri. Dia adalah Dedy Gumelar alias Mi’ing Bagito.

· Tidak seperti personel Warkop lainnya, Indro merupakan seorang perokok berat sejak usia 11 tahun. Dalam kurun waktu 30 tahun ia merokok 5 pak per hari, bisa lebih jika sedang syuting. Baru Maret 1998 ia berhenti. Belakangan dalam sebuah kampanye anti rokok ia mengakui rasa bersalahnya pada Dono dan Kasino almarhum karena telah menjadikan mereka perokok pasif.

· Kebanyakan film Warkop tidak dapat diedarkan secara internasional karena masalah pelanggaran hak cipta, yaitu digunakannya musik oleh komponis Henry Mancini tanpa izin atau mencantumkan namanya dalam film.

· Kasino ternyata memiliki julukan akrab Seky dari teman-temannya, yang berarti si pesek.

Filmografi

· Mana Tahaaan... (1979) bersama Elvy Sukaesih, Rahayu Effendi

· Gengsi Doong (1980) bersama Camelia Malik

· Pintar Pintar Bodoh (1980) bersama Eva Arnaz, Debby Cynthia Dewi, Dorman Borisman, dan Dana Christina

· GeEr - Gede Rasa (1980) bersama Dorman Borisman, Ita Mustafa, dan Itje Trisnawati

· Manusia 6.000.000 Dollar (1981) bersama Eva Arnaz dan Dorman Borisman

· IQ Jongkok (1981) bersama Enny Haryono, Marissa Haque, dan Alicia Djohar

· Setan Kredit (1981) bersama Minati Atmanegara dan Alicia Djohar

· Dongkrak Antik (1982) bersama Meriam Bellina, Mat Solar, dan Pietrajaya Burnama

· Chips (1982) bersama Sherly Malinton, Tetty Liz Indriati dan Chintami Atmanegara

· Maju Kena Mundur Kena (1983) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou, Us Us

· Pokoknya Beres (1983) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou, Us Us, dan Nourma Yunita

· Itu Bisa Diatur (1984) bersama Ira Wibowo, Lia Warokka, dan Aminah Cendrakasih

· Tahu Diri Dong (1984) bersama Eva Arnaz, Lydia Kandou, Aminah Cendrakasih, Wieke Widowati dan Us Us.

· Kesempatan Dalam Kesempitan (1985) bersama Lydia Kandou, Nena Rosier, Leily Sagita, Lia Warokka, Lina Budiarti, Kaharuddin Syah, dan Fanny Bauty.

· Gantian Dong (1985) bersama Ira Wibowo, Lia Warokka, Chintami Atmanegara, Lelly Sagita, Wieke Widowati, dan Advent Bangun

· Atas Boleh Bawah Boleh (1986) besama Eva Arnaz, Dian Nitami, dan Wolly Sutinah

· Sama Juga Bohong (1986) bersama Ayu Azhari, Nia Zulkarnaen, dan Chintami Atmanegara

· Depan Bisa Belakang Bisa (1987) bersama Eva Arnaz dan HIM Damsyik

· Makin Lama Makin Asyik (1987) bersama Meriam Bellina dan Timbul

· Saya Suka Kamu Punya (1987) bersama Doyok

· Jodoh Boleh Diatur (1988) bersama Raja Ema, Silvana Herman, Yurike Prastika, Ira Wibowo, dan Nia Zulkarnaen

· Malu-Malu Mau (1988) bersama Nurul Arifin dan Sherly Malinton

· Godain Kita Dong (1989) bersama Liza Patzy, Ida Kusumah dan Tarsan

· Sabar Dulu Doong...! (1989) bersama Anna Sherley dan Eva Arnaz

· Mana Bisa Tahan (1990) bersama Nurul Arifin dan Sally Marcellina

· Sudah Pasti Tahan (1991) bersama Nurul Arifin dan Sally Marcellina

· Bisa Naik Bisa Turun (1991) bersama Kiki Fatmala dan Sally Marcellina

· Lupa Aturan Main (1991) bersama Eva Arnaz, Fotunella, Hengky Solaiman

· Masuk Kena Keluar Kena (1992) bersama Kiki Fatmala, Fortunella dan Sally Marcellina

· Salah Masuk (1992) bersama Gitty Srinita dan Angel Ibrahim

· Bebas Aturan Main (1993) bersama Lella Anggraini, Gitty Srinita dan Diah Permatasari

· Bagi-Bagi Dong (1993) bersama Kiki Fatmala dan Inneke Koesherawati

· Saya Duluan Dong (1994) bersama Diah Permatasari, Gitty Srinita, dan HIM Damsyik

· Pencet Sana Pencet Sini (1994) bersama Sally Marcellina dan Taffana Dewi

Profil

Indro Warkop

Nama: Drs. H. Indrodjojo Kusumonegoro

Tempat/Tanggal Lahir: Purbalingga, Jawa Tengah, 8 Mei 1958

Pendidikan Terakhir: Sarjana Ekonomi, Universitas Pancasila

Karir:

· Penyiar Radio Prambors (1977-1980)

· Pimpinan PASKI (Persatuan Seniman Komedi Indonesia)

Kasino Warkop

Nama: Drs. Kasino Hadiwibowo

Tempat/Tanggal Lahir: Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, 15 September 1950

Meninggal: Jakarta, 16 Desember 1997

Pendidikan Terakhir: Jurusan Ilmu Administrasi Niaga, Universitas Indonesia

Karir:

· Penyiar Radio Prambors (1974-1980)

· Direktur Klinik Spesialis Rawamangun (sampai 1983)

· Pimpinan Warung Kopi Corporation

Dono Warkop

Nama: Drs. H. Wahjoe Sardono

Tempat/Tanggal Lahir: Solo, 30 September 1951

Meninggal: Jakarta, 30 Desember 2001

Pendidikan Terakhir: Jurusan Sosiologi, Universitas Indonesia

Karir:

· Penyiar Radio Prambors (1974-1980)

· Asisten Dosen Jurusan Sosiologi – Fakultas Ilmu Sosial UI (1974- 1980)

· Dosen Jurusan Sosiologi – Fakultas Ilmu Sosial UI

Leave a Reply